Sabtu, 07 Januari 2012

kasus mesuji

JAKARTA - Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Mesuji telah mengantongi data mengenai indikasi aliran dana dari perusahaan terhadap aparat keamanan. Mereka tengah menelisik apakah ada kaitannya kebijakan pengamanan yang dinilai tidak imparsialitas saat mengamankan sengketa lahan antara perusahaan dengan warga.

"Kami sudah menemukan data. Tapi, maaf tidak bisa kami buka sekarang," kata Juru Bicara TGPF Mesuji, Indriaswati Dyah Saptaningrum, saat dihubungi di Jakarta, Jumat (6/1/2012). Wanita yang biasa disapa Indri itu berterus terang pihaknya mendapatkan data bahwa aparat keamanan di Mesuji, Lampung, menerima dana dari PT Silva Inhutani Lampung (SIL). Namun, TGPF masih mengklarifikasi kebenarannya.

Berdasarkan data yang diterima TGPF, tiap bulan jumlah personel yang diterjunkan untuk mengamankan sengketa lahan di sana berbeda dari bulan sebelumnya. Bahkan, ada pergantian kepemimpinan. Itulah sebabnya, TGPF Mesuji yang dipimpin Wakil Menteri Hukum dan HAM (Wamenkumham) Denny Indrayana itu sedang menelusuri apakah ada yang mempengaruhinya.

TGPF juga tengah menginvestigasi apakah ada organisasi yang melegalisasi ihwal aliran dana terhadap aparat. Kendati ditemukan fakta pendukung, pihaknya masih memverifikasi di lapangan. "Fakta itu kami susun tidak cuma satu. Kami menggunakan parameter sendiri," jelas Direktur Elsam itu.

Senada dengan TGPF, Tim Pencari Fakta (TPF) Mesuji yang dibentuk DPR juga menemukan dugaan aliran dana terhadap aparat. Anggota TPF Mesuji Sarifuddin Sudding menyatakan, pihaknya akan mencari tahu apakah kekerasan yang diduga melibatkan aparat ada kaitannya dengan pemberian fasilitas atau sejumlah uang oleh perusahaan. "Banyak masyarakat yang menjadi korban karena tidak memihak masyarakat," ungkapnya.

Bila terbukti aparat menerima aliran dana dari perusahaan, tindakan itu termasuk gratifikasi. Tidak ada landasan hukum yang melegalkan Polri menerima dana dari perusahaan. Sebab, dalam menjalankan tugasnya kepolisian dibiayai APBN. "Aparat di sana (Mesuji) melakukan tindakan kekerasan. Nah, ini apakah ada keterkaitan dengan pemberian fasilitas atau uang," tandas Politisi Partai Hanura itu. http://news.okezone.com/read/2012/01/07/337/553183/aparat-di-mesuji-terima-aliran-dana-dari-perusahaan

Pengungsi Mesuji Lampung Trauma Intimidasi Aparat

Kamis, 05 Januari 2012 13:27 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,  MESUJI -- Warga pengungsi di kawasan Register 45 Tuguroda Desa Pekat Jaya, Mesuji, Lampung, mengaku trauma dengan kondisi di bawah tekanan aparat pengamanan beberapa waktu lalu.

"Saya rasanya sudah tidak ingin lagi diajak-ajak masuk ke kawasan itu lagi, masih sangat kuat ingatan saya bagaimana petugas mengintimidasi kami," kata Kartini salah satu warga pengungsi kawasan Register 45, di Mesuji, Kamis (5/1).

Kartini mengakui keberadaannya di kawasan itu karena tergiur tawaran mendapatkan sebidang tanah dengan membayar sejumlah uang kepada oknum tokoh adat di sana.
"Kami memang diberitahu, bahwa tanah itu adalah milik adat, yang kepemilikannya harus diperjuangkan," katanya. Dia sendiri telah mengelola lahan register 45 seluas 1,5 hektare selama tiga tahun. Lahan tersebut dimanfaatkannya untuk ditanami singkong.

"Kami telah mengalami pengusiran sebanyak dua kali, pengusiran pertama kami sempat melawan dengan melakukan blokade jalan lintas timur Sumatera, hingga menimbulkan kemacetan panjang," ujarnya. Aksi itu, menurutnya telah berhasil menghasilkan kesepakatan, bahwa warga diberi waktu selama enam bulan untuk memetik hasil panen singkongnya.

"Namun, masih beberapa bulan kami kembali didatangi aparat kepolisian dan pamswakarsa yang menanyakan kapan lahan itu akan segera dikosongkan, jujur saja kami tidak takut dengan orangnya, tapi kami takut dengan seragam dan senjata yang digunakan saat menemui kami," ujarnya. Terakhir, penggusuran dilakukan di bulan November 2011, warga digusur secara paksa dan seluruh tanaman yang sebelumnya dijanjikan boleh diambil hasilnya justru didapati warga dalam kondisi membusuk.

"Saya menangis melihat tanaman yang telah dipelihara untuk memenuhi kebutuhan hidup justru dirusak," kata Kartini. Sejak beberapa bulan lalu ia dan 10 keluarga lainnya berada di pengungsian kawasan Moromoro Mesuji. Di sana, dirinya mendapat dukungan dari warga setempat untuk tidak kembali lagi mengikuti rekan lainnya yang membuka tenda di Tuguroda Desa Pekatjaya Mesuji.

"Sudah empat bulan kami mengungsi, tadinya ada 300-an KK, tapi sebagian sudah ada yang kembali ke daerah asal dan sebagian membuka tenda di Tuguroda," ujarnya. Meskipun telah berbulan-bulan, dia mengaku hingga saat ini belum mendapat bantuan dari pemerintah daerah setempat.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/01/05/lxbba6-pengungsi-mesuji-lampung-trauma-intimidasi-aparat





pada kasus mesuji ini terlalu banyak kekerasan..dari beberapa sumber yang saya lihat, ada indikasi bahwa aparat disana terima uang dari suatu pihak yang berkepentingan..
dibagian lainnya, wargapun sudah emosi dan saat ini sangat trauma atas kejadian yg menimpa mereka..dari pengusiran, kekacauan yg lalu, dan semua kejadian yang mreka sangat2 tak harapkan..
semoga saja kaskus ini dapat dituntaskan oleh pihak terkait..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar